DESAINER

Sunday, July 11, 2010

TATA CARA PROSESI PERNIKAHA ADAT JAWA



Upacara Lamaran
Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria. Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : jadah, wajik, rengginan dan sebagainya. Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa).


Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.Peningsetan Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti pengikat.
Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri. Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim disebut tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur .
Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.


Upacara Tarub
Tarub adalah hiasan janur kuning (daun kelapa yang masih muda) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe (anyaman daun kelapa yang hijau).
Bleketepe merupakan suatu tradisi membuat atau anyaman dedaunan kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manten, tatacara ini mengambil ajaran dari Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, KiAgeng membuat anyaman peneduh dari anyaman daun kelapa karena rumah ki Ageng kecil dan tidak dapat memuat banyak tamu sehingga Ki Ageng membuat payon dari daun kelapa. Dengan diberi payon ruang itu dapat dipergunakan para tamu dan menjadi luas dan dapat dipergunakan untuk menjamu tamu yang hadir. Kemudian payon dari daun kelapa tersebut disebut Tarub berasal dari orang yang pertama yang membuatnya.

Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin (siraman, Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan. Tata cara memasang tarub adalah, bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan bleketepe(anyaman dari daun kelapa).


Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya : * Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang. * Dua janjang kelapa gading (cengkir gading, Jawa) * Dua untai padi yang sudah tua. * Dua batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus. * Daun beringin secukupnya. * Daun dadap srep.


Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang satu unit (bila selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak). Tuwuhan mengandung arti , Suatu harapan kepada anak yang dinikahkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah dari keluarganya.
Isi tuwuhan terdiri dari :

1. Pohon pisang raja yang buahnya sudah masak
Maksudnya dipilih yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah memiliki pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.

2. Tebu wulung
Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber rasa manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak.sedangkan makna wulung bagi orang jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa yang sepuh yang selalu bertindak dengan kewicaksanaan atau kebijaksanaan.

3. Cengkir gadhing
Merupakan symbol dari kandungan tempat jabang bayi atau lambing keturunan

4. Daun Randu dan Pari Sewuli
Randu melambangkan sandang. Sedangkan pari (padi) melambangkan pangan sehingga hal tersebut bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang pangan.

5. Godhong apa-apa (macam-macam dedaunan)
Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman,rumpu alang-alang dengan harapan terbebas dari halangan.

Selain pemasangan tarub diatas masih delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini merupakan petuah dan nasehat yang adi luhung, harapan serta do'a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa) yang dilambangkan melalui: 1. Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap. 2. Jajan pasar 3. Nasi liwet yang dileri lauk serundeng. 4. Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok. 5. Roti tawar. 6. Jadah bakar. 7. Tempe keripik. 8. Ketan, kolak, apem. 9. Tumpeng gundul 10. Nasi golong sejodo yang diberi lauk. 11. Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing 12. Golong lulut. 13. Nasi gebuli 14. Nasi punar 15. Ayam 1 ekor 16. Pisang pulut 1 lirang 17. Pisang raja 1 lirang 18. Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil. 19. Daun sirih, kapur dan gambir 20. Kembang telon (melati, kenanga dan kantil) 21. Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro. 22. Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur. 23. Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa. 24. Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit 25. Ayam jantan hidup 26. Tikar 27. Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan 28. Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit 29. Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi (merang) 30. Sayur pada mara 31. Kolak kencana 32. Nasi gebuli 33. Pisang emas 1 lirang

Masih ada lagi petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas ancak yang ditaruh di: 1. Area sumur 2. Area memasak nasi 3. Tempat membuat minum 4. Tarub 5. Untuk menebus kembarmayang (kaum) 6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan. 7. Jembatan 8. Prapatan.

Nyantri
Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumah saudara atau tetangga dekat.
Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap ditempat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.

Upacara Siraman
Siraman dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
* Kembang setaman secukupnya * Lima macam konyoh panca warna (penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna) * Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya. * Kendi atai klenting * Tikar ukuran ½ meter persegi * Mori putih ½ meter persegi * Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang * Dlingo bengle * Lima macam bangun tulak (kain putih yang ditepinnya diwarnai biru) * Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning) * Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah). * Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo) * Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih * Sabun dan handuk.

Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam: * Tumpeng robyong * Tumpeng gundul * Nasi asrep-asrepan * Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang * Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras * 1 butir telor ayam mentah * Juplak diisi minyak kelapa * 1 butir kelapa hijau tanpa sabut * Gula jawa 1 tangkep * 1 ekor ayam jantan Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu (Jawa) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.

Midodareni
Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya.
Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam: * Sepasang kembarmayang (dipasang di kamar pengantin) * Sepasang klemuk (periuk) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi * Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep (tulang daun/tangkai daun), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur. * Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari : * Nasi gurih * Sepasang ayam yang dimasak lembaran (ingkung, Jawa) * Sambel pecel, sambel pencok, lalapan * Krecek * Roti tawar, gula jawa * Kopi pahit dan teh pahit * Rujak degan * Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (jaman dulu)

Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.

Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan.

Upacara ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.

Upacara Panggih
Panggih (Jawa) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai. Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana adat jawa dengan iringan gending Jawa:
1. Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin pria 2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan (saling melempar) sirih, wijik (pengantin putri mencuci kaki pengantin pria), pecah telor oleh pemaes. 3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman. Setelah upacara panggih selesai dapat diiringi dengan gending Sriwidodo atau gending Sriwilujeng. Pada waktu kirab diiringi gending : Gatibrongta, atau Gari padasih.

Upacara Panggih dalam Perkawinan Adat Jawa merupakan puncak acara dari serangkaian upacara adat yang mendahuluinya. Rangkaian acara yang mewarnai upacara panggih meliputi :
  1. Penyerahan sanggan yang lazim disebut tebusan
  2. Keluarnya mempelai dari kamar pengantin yang didahului kembar mayang
  3. Lempar sirih
  4. Wijikan atau memecah telur
  5. Berjalan bergandengan jari kelingking menuju kepelaminan
  6. Kacar-kucur atau tampakaya
  7. Dahar klimah
  8. Penjemputan orangtua mempelai atau besan
  9. Sungkeman


google.com ^^